Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Fatamorgana

Sumber : Pinterest Sudah cukup lama, dua pasang mata, ingin berbicara, dalam sebuah bahasa. Seolah menuai cerita, bahwa dunia ini fana, dan tidak ada apa-apa. Tak banyak kata, yang diselipi makna. Pukul satu malam. Begitulah janji itu terbungkam. Lampu kamar kian temaram, Dan ia masih saja terdiam, Asyik dengan deret kalimat yang terpendam. Dua pasang mata itu tak kunjung terpejam. Katanya dunia ini terlalu kejam, Usai kulihat tubuhnya penuh lebam. ia tak pernah berhenti, menciptakan beragam ilusi. Lalu menuai inspirasi, tanpa sebuah selebrasi. Entah apa yang ia cari, kutemui ia berjalan kesana kemari, lagi-lagi hanya seorang diri, di setiap percakapan dini hari. apakah kita punya luka yang sama? apakah kita membaca halaman buku yang sama? apakah kita menghafal lirik lagu yang sama? apakah kita punya kesamaan tanpa aba-aba? Dari jauh, Terlihat jelas raganya masih utuh, Meski jiwanya tinggal separuh, Tak ada yang berani menyentuh.

Secangkir Kopi

klakson mobil bersahutan, kontras dengan kompleks perhotelan. namun di persimpangan jalan, barista kopi begitu santai membuat racikan. tak pernah ia hiraukan, saat riuh jalanan adalah metamorfosis dari umpatan. kupesan satu cangkir kopi hitam. aroma pekatnya begitu menghujam meski di atas meja tak ada senjata tajam. kuraba saku celana, satu batang rokok masih tersisa. akhirnya kusulut juga, sebab tiap kepulan asapnya, membuatku enggan berkata-kata. aku masih duduk terdiam, meski gelas kopi pesanananku kini tergenggam, tepat setelah seseorang datang dengan wajah muram.

Cuplikan Bercinta

Sumber : Pinterest (La La Land) akankah bercinta, merupakan suatu rekayasa? dalam tiap lembar kitab di dunia, menjabarkan hakikat kekelan pada cinta. akankah bercinta, menjadi tafsir fatamorgana, saat asmara menjelma sebagai bara. ah, kau ini tau apa? bahkan kau tak sempat melihat dunia. kau tak sempat menjejak jengkal setiap benua, apalagi kau tau apa saja yang ada d alam tiap samudra . setiap buku yang kau baca, hanya akan menyisakan kata-kata, dan kau direcoki bahwa cinta itu nyata. lalu bagaimana nasib antariksa? apakah ada yang mengarungi luar angkasa? lantas apa kabar semesta? akankah mereka juga bercinta? seperti halnya tradisi kebiasaan, namun penuh dengan pendiktean. tentang percintaan, tentang pernikahan, tentang perkawinan, bahkan tentang keturunan. semua adalah sebuah keharusan, sebab kita hanyalah objek keputusan.

Puisi Selamat Tinggal

dari gerbang keberangkatan, tak ditemukan titik kerinduan, tidak juga kata maaf yang diselipkan, sosoknya terkemas rapi dalam kepergian. ia terus berkeliaran, menggugah setiap kenangan. ia tak kuasa menulis pesan, setiap kata seakan tak terbantahkan. ia selalu mencari persinggahan, memaksa tuan rumah memperilakan. kereta membawa raganya lebih jauh, sesekali meraba peta dalam atlas lusuh,  tak peduli berapa kilometer yang harus ditempuh.  hingga sampai pada tujuan, tersebar banyak lambaian tangan, yang menyambut kedatangan, diliputi kehangatan, penuh kesederhanaan,   saat menafsikan kehidupan. lalu ia hanya perlu terus berjalan, tanpa perlu menyalahkan keadaan.