Kepada punggung : Yang rela membeli ratusan tiket keberangkatan, dan selalu berakhir dengan pembatalan. Ia masih duduk termangu, ada seseorang yang masih ingin ditunggu. Kepada punggung : Yang selalu memesan kopi, pada pukul dua pagi. Ia selalu memaksa fungsi tubuhnya tetap bekerja, sebab ia tak bisa berhenti terjaga. Kopi hitam itu selalu menjadi andalan, entah karena warna pekatnya, entah karena aroma seduhannya, atau entah karena sugesti yang menenangkan. Kepada punggung : Yang enggan menulis pesan singkat, justru membawa se-bucket mawar putih sebagai pemikat. Di sudut ruangan Ia masih sibuk melukis, ada banyak perihal berkecamuk yang ingin ditepis. Kertas, Kanvas, Kuas, Ia ingin mereka semua puas. Kepada punggung : Yang memilih lebih banyak diam di depan jendela, sebab banyak hal yang telah ia cela. Ia tak ingin diusik, bahkan hanya dengan bisik. Kepada punggung : Diabaikannya jemputan, Ditolaknya pengakua
deretan kata yang tidak diucapkan