Langsung ke konten utama

Rasuk



Embusan nafas sengaja diatur tenang,
menutupi helaan agar terlihat tidak tegang.
Ada kerjasama yang tidak diketahui,
dari senyawa, suhu, hingga tekanan udara.
Melebur -- menyesuaikan diri
Agar tidak menimbulkan sesak, yang semakin berontak.

Untuk kesekian kalinya, raga ini mendongak ke atas.
memastikan tidak ada batas.
Beranggapan bahwa semesta tak bersekat,
tak ada tali yang mencekat,
sebab akan selalu ada tujuan tertambat.

Resah kembali tergugah.
Bungkamku dan bungkammu menjadi muara,
pada semesta yang tak banyak bicara dengan suara.
Bersama mengharap diredam aksara.

Kami --- rasuk
merantai ayat dalam khusyuk
menopang agar tak ada yang jatuh tertunduk.

Kami --- rasuk
pada masing masing distraksi
mencegah adanya distorsi.

Kami --- rasuk
berpijak dalam tanah
membaca pertanda pada anak panah
lepas, bebas, mencari arah.

Kami --- rasuk
menari di dalam ladang
bersama ilalang
berkisah hingga dijemput petang.

Kami --- rasuk
menyelinap di sela jemari yang kosong,
menyelinap di antara degup jantung,
menyelinap terbang dengan sekawanan burung,
menyelinap pada mendung yang tak beruntung,
menyelinap pada kisah yang tak berujung,
menyelinap pada peluk yang terbentang,
Hingga
menyelinap pada kening yang dikenang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebentar

Aku bilang tunggu sebentar. Kita sedang tak saling mengejar. Kita juga tak sedang asik berkelakar. Katamu kau tak suka sesumbar. Begitu urusanmu dan minuman di bar. Atau tentang mengapa matamu selalu berbinar. Kau juga tak suka hingar bingar. Tak peduli dengan berita yang tersebar. Atau karena pasangan yang baru saja bubar. Lalu aku sibuk merapal ikrar, di tengah pulau dan terdampar. Cinta ini kau bilang harus dibayar. Dengan setengah mendesak dan tak sabar. Aku bilang tunggu sebentar. Kamu dan fantasimu yang liar. Namun jauh dari caraku bernalar. Begitu pula pandanganku membuyar.

Liburan.

sumber gambar : raya pos siapa pembenci liburan? semua sarana diwarnai kepadatan. orang - orang membentuk kerumunan, di stasiun, terminal, bandara, pelabuhan, disibukkan jam keberangkatan dan kedatangan.  dan ruas jalan tidak pernah lepas dari bumbu kemacetan. hanya pada saat liburan. akan ada kelipatan setiap antrean. beramai - ramai membuat keributan. semua orang berduyun - duyun mencari hiburan. saat berhasil rebutan, dengan souvenir kesukaan. akan menjadi sesuatu yang membanggakan. kau akan terus bersenggolan, dengan orang asing yang berpapasan. lalu kau akan dengar teriakan, tukang becak yang tidak diberi jalan, dan pedagang yang sedang berjualan. kaum lanjut usia mulai kelelahan, berjalan menuju parkir kendaraan. anak kecil meronta tentang mainan, yang dijual pedagang pinggir jalan. tidak akan yang mempermasalahkan, tentang jumlah rupiah yang dikeluarkan. begitulah liburan. yang digadang melepas kepenatan. j...

Fatamorgana

Sumber : Pinterest Sudah cukup lama, dua pasang mata, ingin berbicara, dalam sebuah bahasa. Seolah menuai cerita, bahwa dunia ini fana, dan tidak ada apa-apa. Tak banyak kata, yang diselipi makna. Pukul satu malam. Begitulah janji itu terbungkam. Lampu kamar kian temaram, Dan ia masih saja terdiam, Asyik dengan deret kalimat yang terpendam. Dua pasang mata itu tak kunjung terpejam. Katanya dunia ini terlalu kejam, Usai kulihat tubuhnya penuh lebam. ia tak pernah berhenti, menciptakan beragam ilusi. Lalu menuai inspirasi, tanpa sebuah selebrasi. Entah apa yang ia cari, kutemui ia berjalan kesana kemari, lagi-lagi hanya seorang diri, di setiap percakapan dini hari. apakah kita punya luka yang sama? apakah kita membaca halaman buku yang sama? apakah kita menghafal lirik lagu yang sama? apakah kita punya kesamaan tanpa aba-aba? Dari jauh, Terlihat jelas raganya masih utuh, Meski jiwanya tinggal separuh, Tak ada yang berani menyentuh. ...