kehadiran tanpa papan nama.
Identitas seperti sebuah lencana,
apa yang tertuang di dalamnya adalah rencana.
Pada satu purnama,
hujan berdialog tanpa irama,
Pada satu purnama,
hujan berdialog tanpa irama,
dan tidak ada yang saling bertegur sapa.
Orang - orang mulai menulis sajak yang sama,
dengan cara yang berbeda,
berharap prasangka mereka terbaca.
Namun, tidak semuanya bersuara,
ada yang asik menyimpan rahasia.
Tidak bisa berhenti ber-sinestesia,
mengandalkan sistem panca indera,
lalu rikuh angin barat laut memecah suasana.
Siapa sangka, waktu memberi kesempatan,
pada setiap keterasingan,
menciptakan seutas senyuman.
Dengan sebuah uluran tangan,
sebagai awal pertemuan,
yang menjadi dasar ingatan.
Atau sekedar mengisi kesendirian,
dan terjatuh pada titik perpisahan.
Sesingkat itukah kehidupan yang selama ini dibanggakan?
Komentar
Posting Komentar