Langsung ke konten utama

Penikmat lara


Sunset at the beach....:

Rindu itu kembali membelenggu jiwa - jiwa yang tandu.
Sudah bosan diterpa omong kosong penantian,
bersemayam di ujung malam, hingga hanya air mata yang membungkam.

Di ujung cakrawala,
dua manusia bersendau gurau mengingat mimpi selagi bersimpuh janji.
terdengar manis, atau bahkan miris.
dua manusia yang sama - sama sedang mengarang cerita,
cerita dengan suka tanpa duka untuk mewujudkan asa.
keduanya tersenyum sembari seringkali terkekeh.
entah karena tidak juga saling ngeh,
atau memang sedah ada yang eh.

sementara itu,
penikmat lara sedang duduk bersila di sebrang dua manusia.
sambil terus menghidupkan puntung rokok dengan stok satu slop.
terdengar gila?
sama sekali tidak.
penikmat lara tau, dua manusia itu belum saatnya jatuh.
penikmat lara tau, dua manusia itu belum berjalan jauh.
penikmat lara tau, dua manusia itu hanya sedang berteduh.
berteduh dari embel - embel perasaan terenyuh.
hidup dua manusia itu berkisar dari peredaran asap rokok penikmat lara.
hidup yang keseluruhan bermain dalam jarum waktu.
seakan mampu ditepis dengan kepercayaan,
seakan mampu ditebas hanya dengan cerita penuh karangan,
seakan mampu digilas dengan asa yang bertebaran
hanya demi ilusi yang terdengar banyak harmonisasi.
dalam semesta yang hanya sementara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memaki Waktu dan Kamu

aku ingin memaki waktu. lalu bertanya mengapa kita harus bertemu? kamu hanya bilang, pasti ada alasan tertentu. aku ingin memaki kamu. yang merenggut terlalu banyak kesabaranku. yang mengambil seenaknya senyumku. yang meminjam terlalu lama waktuku. yang merampas rinduku. aku ingin memaki waktu. saat aku harus bertemu kamu. saat aku harus bersama kamu. aku ingin memaki kamu. seandainya kamu tak rajin menyapaku. seandainya kamu tak tersenyum padaku. seandainya kamu tak merecoki hari-hariku. seandainya kamu tak banyak menyuruhku. seandainya kamu tak menghubungiku saat itu. seandainya kamu tak minta aku menemanimu. seandainya kamu tak perlu menyimak ceritaku. seandainya kamu tak perlu datang kerumahku. seandainya kamu tak pernah membaca tulisanku. seandainya kamu tak banyak menebar pesonamu. seandainya kamu tak mengajakku makan sore itu. seandainya kamu tak ceramah panjang di hadapanku. seandainya kamu tak pergi ke konser musik kesukaanku. sean

Berkisah

kita seringkali berkisah, sekedar berkeluh kesah, saat bau tanah masih basah. aku tak fasih menyanggah, dan kamu enggan mengambil jalan tengah. katamu kita ini terlalu sering tertunduk pasrah. dengan setengah terpaksa dan dipaksa, kita memilih berpisah. titik temu seperti suatu wilayah entah berantah. kita tak cukup tenaga dan waktu untuk membantah. sementara semesta mengizinkan raga sejenak singgah. lalu kita sama-sama resah, saat menyambut sebuah senyum merekah.

Belantara Peristiwa

Sumber gambar : Pinterest Satu kompi pergi menjauh, lalu ku dengar orang - orang mengeluh. Baju - baju sudah penuh dengan peluh, lalu faktanya sudah banyak yang terjatuh, Kisah - kisah menjadi seperti t ak pernah utuh.     Penjual bunga masih gigih di jalanan, entah berapa puluh tangkai yang dirangkai seharian. Pengamen masih asyik dengan nyanyian, namun tak ada sebatang rokok yang dinyalakan. sebab tiga uang koin ga sanggup buat jajan. Lagi - lagi ia mampir makan di angkringan. Para kuli kalap dengan hidangan. Sementara di pojok taman, Dua orang asyik berkencan, Sesekali mesra bergandengan. Tak jarang menuai pertikaian, Sebab tak ada kabar yang tersampaikan. Siapa lagi yang me ngh arapkan pe rtemuan?   Lanta s siapa lagi yang bisa saling disalahkan? Begitu enggan, dan dengan sungka n, Seorang bap ak merapal jumlah kecelakaan,   yang menyisakan darah - darah bececeran, t api tak kunjung jua menuntas perasaan.   Dengan