Gedung itu berdiri tegap, berselimut tembok kokoh-berpondasi tangguh
Menghadang
hasil karya seniman
Meraba
jiwanya, membakar semangatnya
Menguras
raganya untuk sumbangsih berkarya
Gedung
itu berdiri tegak menantang dalam
keramaian kota
Menyombongkan diri dengan anulir hiruk pikuk perkotaan
Meredam bisingnya suara-suara berkelas tinggi
Mengalihkan sejenak hati penikmat seni untuk mengapresiasi
Aku menerka, menerawang dan meramalkan setiap kejadian
Panca indra bekerja layaknya seksi dokumentasi, mencoba merekam
Seandainya lensa mata bisa menangkap setiap kejadian,
Aku akan memintanya bekerja seperti itu
Lantunan
musik tradisional membuka tirai malam itu,
Harmonisasi
antara nyanyian sang biola dan sang empu
Membawa
taman budaya pada sudut klasikal kontemporer seumur jagung
Disudut taman budaya yang lain,
Tuan nona kesepian duduk sebangku dan terpaku
berdua tak terduga
Membisu namun menganalisa
Tuan sibuk dengan jaket yang membalut rapat tubuhnya
Nona sibuk dengan posisi duduknya
Tak
ada yang tau, iringan musik jazz serta perkusi itu
Membawa
mereka larut pada pikiran masing-masing
Mencoba
bicara, justru membisu perlahan
Mengenggam
asa berucap dan bersua, masih menganalisa
Tuan nona masih duduk dalam sunyi
Tak ada kata perpisahan,
Hingga akhirnya jemari mereka tak saling berpagutan
Komentar
Posting Komentar