Langsung ke konten utama

Keinginan


ini adalah puisi kesekian.
yang aku tulis di bawah rintik hujan.
meringkuk dalam selimut membuatku kelewat nyaman.
dari dalam kamar aku menulis,
namun hujan tak mau menggubris.
lalu saat malam semakin dingin,
aku berbisik pelan tentang hal-hal yang aku ingin.

aku ingin menikmati lebih banyak sunrise.
yang dimakan kabut pagi lalu menghilang tanpa jejak.
aku ingin cari gelato saat Jogja sedang dingin,
tak peduli apakah tokonya mau tutup jam 10 malam.
aku ingin menonton konser musisi indie,
lalu menyanyi sekeras mungkin hingga suaraku habis.
aku ingin ditemani makan malam saat aku benar benar lelah,
tak peduli dengan nasi goreng yang dijual di samping kuburan.
aku ingin semua yang berbau greentea,
pas aku lagi ga punya alasan kenapa aku harus bangun besok pagi.
aku ingin mcflurry oreo yang drive thru aja,
biar beli es krim ada effortnya ga cuma di warung depan rumah.
aku pengen beli junk food di tengah malem,
ga peduli besoknya aku gendutan yang penting enak!
aku ingin pergi ke kedai kopi yang sepi,
pesan kopi lalu bercerita sepuasku tentang apa yang berkeliaran di pikiranku.
semuanya, sampe ngantuk, dan aku ingin pulang.
aku ingin bucket bunga mawar putih,
yang tiba tiba aja ada di teras rumah
and reminds me that I'm the most beautiful girl.
aku ingin terbang.
naik pesawat paling murah atau aku dikasih sayap,
yang penting aku bisa terbang, syukur ke negeri orang.
aku ingin merasa spesial,
masa aku kalah sama martabak telor sama indomie aja.
aku mau liat sunset lebih lama,
terus aku berkontemplasi ga peduli pulangnya gelap dan dibegal.
seenggaknya aku dah bisa liat matahari terbenam dengan selamat!
aku mau pergi ke tempat yang jauh,
berjalan kesana kemari dan tertawa kaya lagu Akad.
ke banyak benua mengarungi samudra, tapi aku belajar renang dulu.
biar pas jasadku dikubur dia ga nyesel soalnya tanah yang tak injek itu-itu aja.

sejauh ini, itu dulu ya daftar keinginanku.
bisa direvisi kapan aja dan dimana aja : fleksibel.
meskipun bingung juga ngewujudinnya.
yaudah aku berdoa dulu.
biar kewujud.

cuma satu yang pasti :


Aku sadar bahwa ternyata aku kelelahan 
atas segalanya yang sendirian
jadinya terlalu banyak keinginan
yang sebenarnya merindukan kebersamaan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memaki Waktu dan Kamu

aku ingin memaki waktu. lalu bertanya mengapa kita harus bertemu? kamu hanya bilang, pasti ada alasan tertentu. aku ingin memaki kamu. yang merenggut terlalu banyak kesabaranku. yang mengambil seenaknya senyumku. yang meminjam terlalu lama waktuku. yang merampas rinduku. aku ingin memaki waktu. saat aku harus bertemu kamu. saat aku harus bersama kamu. aku ingin memaki kamu. seandainya kamu tak rajin menyapaku. seandainya kamu tak tersenyum padaku. seandainya kamu tak merecoki hari-hariku. seandainya kamu tak banyak menyuruhku. seandainya kamu tak menghubungiku saat itu. seandainya kamu tak minta aku menemanimu. seandainya kamu tak perlu menyimak ceritaku. seandainya kamu tak perlu datang kerumahku. seandainya kamu tak pernah membaca tulisanku. seandainya kamu tak banyak menebar pesonamu. seandainya kamu tak mengajakku makan sore itu. seandainya kamu tak ceramah panjang di hadapanku. seandainya kamu tak pergi ke konser musik kesukaanku. sean

Berkisah

kita seringkali berkisah, sekedar berkeluh kesah, saat bau tanah masih basah. aku tak fasih menyanggah, dan kamu enggan mengambil jalan tengah. katamu kita ini terlalu sering tertunduk pasrah. dengan setengah terpaksa dan dipaksa, kita memilih berpisah. titik temu seperti suatu wilayah entah berantah. kita tak cukup tenaga dan waktu untuk membantah. sementara semesta mengizinkan raga sejenak singgah. lalu kita sama-sama resah, saat menyambut sebuah senyum merekah.

Belantara Peristiwa

Sumber gambar : Pinterest Satu kompi pergi menjauh, lalu ku dengar orang - orang mengeluh. Baju - baju sudah penuh dengan peluh, lalu faktanya sudah banyak yang terjatuh, Kisah - kisah menjadi seperti t ak pernah utuh.     Penjual bunga masih gigih di jalanan, entah berapa puluh tangkai yang dirangkai seharian. Pengamen masih asyik dengan nyanyian, namun tak ada sebatang rokok yang dinyalakan. sebab tiga uang koin ga sanggup buat jajan. Lagi - lagi ia mampir makan di angkringan. Para kuli kalap dengan hidangan. Sementara di pojok taman, Dua orang asyik berkencan, Sesekali mesra bergandengan. Tak jarang menuai pertikaian, Sebab tak ada kabar yang tersampaikan. Siapa lagi yang me ngh arapkan pe rtemuan?   Lanta s siapa lagi yang bisa saling disalahkan? Begitu enggan, dan dengan sungka n, Seorang bap ak merapal jumlah kecelakaan,   yang menyisakan darah - darah bececeran, t api tak kunjung jua menuntas perasaan.   Dengan