Langsung ke konten utama

Memaki Waktu dan Kamu


aku ingin memaki waktu.
lalu bertanya mengapa kita harus bertemu?
kamu hanya bilang, pasti ada alasan tertentu.

aku ingin memaki kamu.
yang merenggut terlalu banyak kesabaranku.
yang mengambil seenaknya senyumku.
yang meminjam terlalu lama waktuku.
yang merampas rinduku.

aku ingin memaki waktu.
saat aku harus bertemu kamu.
saat aku harus bersama kamu.

aku ingin memaki kamu.
seandainya kamu tak rajin menyapaku.
seandainya kamu tak tersenyum padaku.
seandainya kamu tak merecoki hari-hariku.
seandainya kamu tak banyak menyuruhku.
seandainya kamu tak menghubungiku saat itu.
seandainya kamu tak minta aku menemanimu.
seandainya kamu tak perlu menyimak ceritaku.
seandainya kamu tak perlu datang kerumahku.
seandainya kamu tak pernah membaca tulisanku.
seandainya kamu tak banyak menebar pesonamu.
seandainya kamu tak mengajakku makan sore itu.
seandainya kamu tak ceramah panjang di hadapanku.
seandainya kamu tak pergi ke konser musik kesukaanku.
seandainya kamu tak perlu menemani hari ulang tahunku.
seandainya kamu tak pernah datang dalam kehidupanku.
seandainya kamu tak pernah memaksaku masuk kehidupanmu.

aku tak perlu menyalahkanmu.
dan membuat sederet alaskan tentangmu.
yang mungkin sama panjang dengan daftar belanja bulanan ibu-ibu.

tapi, aku selalu tunduk pada waktu.
tapi, aku selalu bungkam di depanmu.
seakan aku tak mengerti cara berkata "asu"
seakan aku tak perlu menyalahkan keberadaanmu,
dan waktu yang membelenggu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebentar

Aku bilang tunggu sebentar. Kita sedang tak saling mengejar. Kita juga tak sedang asik berkelakar. Katamu kau tak suka sesumbar. Begitu urusanmu dan minuman di bar. Atau tentang mengapa matamu selalu berbinar. Kau juga tak suka hingar bingar. Tak peduli dengan berita yang tersebar. Atau karena pasangan yang baru saja bubar. Lalu aku sibuk merapal ikrar, di tengah pulau dan terdampar. Cinta ini kau bilang harus dibayar. Dengan setengah mendesak dan tak sabar. Aku bilang tunggu sebentar. Kamu dan fantasimu yang liar. Namun jauh dari caraku bernalar. Begitu pula pandanganku membuyar.

Liburan.

sumber gambar : raya pos siapa pembenci liburan? semua sarana diwarnai kepadatan. orang - orang membentuk kerumunan, di stasiun, terminal, bandara, pelabuhan, disibukkan jam keberangkatan dan kedatangan.  dan ruas jalan tidak pernah lepas dari bumbu kemacetan. hanya pada saat liburan. akan ada kelipatan setiap antrean. beramai - ramai membuat keributan. semua orang berduyun - duyun mencari hiburan. saat berhasil rebutan, dengan souvenir kesukaan. akan menjadi sesuatu yang membanggakan. kau akan terus bersenggolan, dengan orang asing yang berpapasan. lalu kau akan dengar teriakan, tukang becak yang tidak diberi jalan, dan pedagang yang sedang berjualan. kaum lanjut usia mulai kelelahan, berjalan menuju parkir kendaraan. anak kecil meronta tentang mainan, yang dijual pedagang pinggir jalan. tidak akan yang mempermasalahkan, tentang jumlah rupiah yang dikeluarkan. begitulah liburan. yang digadang melepas kepenatan. j...

Fatamorgana

Sumber : Pinterest Sudah cukup lama, dua pasang mata, ingin berbicara, dalam sebuah bahasa. Seolah menuai cerita, bahwa dunia ini fana, dan tidak ada apa-apa. Tak banyak kata, yang diselipi makna. Pukul satu malam. Begitulah janji itu terbungkam. Lampu kamar kian temaram, Dan ia masih saja terdiam, Asyik dengan deret kalimat yang terpendam. Dua pasang mata itu tak kunjung terpejam. Katanya dunia ini terlalu kejam, Usai kulihat tubuhnya penuh lebam. ia tak pernah berhenti, menciptakan beragam ilusi. Lalu menuai inspirasi, tanpa sebuah selebrasi. Entah apa yang ia cari, kutemui ia berjalan kesana kemari, lagi-lagi hanya seorang diri, di setiap percakapan dini hari. apakah kita punya luka yang sama? apakah kita membaca halaman buku yang sama? apakah kita menghafal lirik lagu yang sama? apakah kita punya kesamaan tanpa aba-aba? Dari jauh, Terlihat jelas raganya masih utuh, Meski jiwanya tinggal separuh, Tak ada yang berani menyentuh. ...