Langsung ke konten utama

Gurat Sembilu

sebuah karya yang dipajang pada ARTJOG9

di ambang pintu,
kehadiran adalah janji yang membeku,
tapi aku tak pernah luput menghitung hari yang berlalu.

akan kau temukan sendu,
dari balik gurat bola mataku,
yang berhasil menghabiskan pilu.

di dalam ruang tamu,
tidak ada berkas foto jaman dahulu,
sebagai satu kebanggan saat masuk rumahku,
tidak ada senyum dalam figura seperti milikmu.
sebagai bentuk keabadiaan satu keluarga pada waktu.

aku tak sempat memanggil ayah ibu,
untuk sekedar berfoto bersamaku dan adikku,
sebelum keduanya memutuskan kabur dalam ingatanku.

waktu pergi begitu saja menjauhi kelabu.
aku dan adikku - dalam gubug kecil milik kakekku.

kucoba menemui ibu,
di ujung telepon kusembunyikan haru.
kemana perginya ayahku?
apa mereka akan menemuiku?
diatas kuburanku?
tanyaku -- selalu.

aku masih terus menunggu.
sosoknya ada di sampingku.
demikian realita menghantamku.

tidak ada aku,
dan juga adikku,
dalam diri ibu dan ayahku.

ah bukan begitu.
aku adalah masa lalu.
yang hidup dan bertahan pada sembilu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memaki Waktu dan Kamu

aku ingin memaki waktu. lalu bertanya mengapa kita harus bertemu? kamu hanya bilang, pasti ada alasan tertentu. aku ingin memaki kamu. yang merenggut terlalu banyak kesabaranku. yang mengambil seenaknya senyumku. yang meminjam terlalu lama waktuku. yang merampas rinduku. aku ingin memaki waktu. saat aku harus bertemu kamu. saat aku harus bersama kamu. aku ingin memaki kamu. seandainya kamu tak rajin menyapaku. seandainya kamu tak tersenyum padaku. seandainya kamu tak merecoki hari-hariku. seandainya kamu tak banyak menyuruhku. seandainya kamu tak menghubungiku saat itu. seandainya kamu tak minta aku menemanimu. seandainya kamu tak perlu menyimak ceritaku. seandainya kamu tak perlu datang kerumahku. seandainya kamu tak pernah membaca tulisanku. seandainya kamu tak banyak menebar pesonamu. seandainya kamu tak mengajakku makan sore itu. seandainya kamu tak ceramah panjang di hadapanku. seandainya kamu tak pergi ke konser musik kesukaanku. sean

Berkisah

kita seringkali berkisah, sekedar berkeluh kesah, saat bau tanah masih basah. aku tak fasih menyanggah, dan kamu enggan mengambil jalan tengah. katamu kita ini terlalu sering tertunduk pasrah. dengan setengah terpaksa dan dipaksa, kita memilih berpisah. titik temu seperti suatu wilayah entah berantah. kita tak cukup tenaga dan waktu untuk membantah. sementara semesta mengizinkan raga sejenak singgah. lalu kita sama-sama resah, saat menyambut sebuah senyum merekah.

Belantara Peristiwa

Sumber gambar : Pinterest Satu kompi pergi menjauh, lalu ku dengar orang - orang mengeluh. Baju - baju sudah penuh dengan peluh, lalu faktanya sudah banyak yang terjatuh, Kisah - kisah menjadi seperti t ak pernah utuh.     Penjual bunga masih gigih di jalanan, entah berapa puluh tangkai yang dirangkai seharian. Pengamen masih asyik dengan nyanyian, namun tak ada sebatang rokok yang dinyalakan. sebab tiga uang koin ga sanggup buat jajan. Lagi - lagi ia mampir makan di angkringan. Para kuli kalap dengan hidangan. Sementara di pojok taman, Dua orang asyik berkencan, Sesekali mesra bergandengan. Tak jarang menuai pertikaian, Sebab tak ada kabar yang tersampaikan. Siapa lagi yang me ngh arapkan pe rtemuan?   Lanta s siapa lagi yang bisa saling disalahkan? Begitu enggan, dan dengan sungka n, Seorang bap ak merapal jumlah kecelakaan,   yang menyisakan darah - darah bececeran, t api tak kunjung jua menuntas perasaan.   Dengan