hentakkan ketegasan selimuti naluri, jiwa yang kosong
semua yang ada disitu membisu tak bergerak,
terbuai begitu lihai dalam derap langkah sang tentara angkuh
Bahkan,tak ada yang dapat mempercaya semua ini
semua orang menjelma menjadi upik abu
korban diktaktor,
menuruti setiap hentakkan suara lantang sang tentara angkuh
terpenjara dan terjerembab
hingga tak dapat menembus keluar,
pada saat itu semua berlutut, menangis dan berteriak semampunya
lalu, akankah adakah uluran tangan?
adakah yang akan menjaga kami ketika nanti, sebelum kami terjatuh?
adakah yang nantinya akan berdiri disamping kami?
adakah yang nantinya akan melingkarkan badannya disekitar kami?
adakah yang nantinya akan melingkarkan badannya disekitar kami?
adakah yang akan membawa kami lari?
adakah yang akan menyelamatkan kami?
Dan akankah nanti akan ada yang mengajari kami "apa itu bahagia"
Kepada tentara angkuh,
atas segala diktaktornya yang tak pernah masuk akal
saat seulas senyum mampu terukir di salah satu bibir anak cucu Adam
semuanya akan berakhir begitu saja, tanpa perlu dikenang
Segala beban yang selama ini ia tutupi dari rakyat yang ia lindungi
Rakyat berselimut luka,
semuanya telah membekukan rasa, jiwa dan raga
setiap hari mengupayakan intuisi khayalan semata
namun yang didapat justru segumpal bengis
Komentar
Posting Komentar